TALI PUSAT MENUMBUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat-Nya sehingga makalah ini bisa saya selesaikan. Makalah ini membahas tentang “ Asuhan Kebidanan kegawatdaruratan pada tali pusat dan ekstremitas menumbung “
Mengingat keterbatasan pengertian yang ada pada makalah ini, maka dalam
penulisan makalah ini tentu terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam isi
maupun sistematikanya. Saya sadar dalam makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saya sangat memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan tugas selanjutnya.
Dalam penyusunan makalah ini saya tidak mungkin dapat menyelesaikannya
tanpa memperoleh bantuan dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing.
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat
P.Siantar, Maret 2014
Kelompok 8
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Prolaps tali pusat merupakan salah satu
kasus kegawatdaruratan dalam bidang obstetri. Prolaps tali pusat merupakan
salah satu kesulitan di dalam persalinan. Walaupun prolaps tali pusat bukan
suatu malpresentasi, keadaan ini lebih mungkin terjadi pada malpresentasi atau
malposisi janin.
Tali pusat mungkin terdapat di dalam
tonjolan cairan amnion, atau dikatakan presentasi tali pusat (tali pusat
terkemuka), atau mungkin mengalami prolaps dan berada di depan bagian
presentasi janin setelah membran ruptur (dikatakan penumbungan tali pusat).
Yang menjadi masalah pada prolaps tali pusat adalah tali pusat terletak di
jalan lahir di bawah bagian presentasi janin, dan tali pusat terlihat pada
vagina setelah ketuban pecah.
Tali pusat lebih mungkin mengalami
prolaps jika ada sesuatu yang mencegah bagian presentasi janin di segmen bawah
uterus atau penurunannya ke dalam panggul ibu. Presentasi tali pusat jarang
terdiagnosis, sehingga memerlukan pemeriksaan yang teliti. Pemeriksaan ini
harus dilakukan pada semua kasus persalinan, seperti pada persalinan preterm
atau jika terdapat malpresentasi atau malposisi janin.
B.
RUMUSAN MASALAH
Prolaps tali pusat merupakan salah satu
permasalahan yang terjadi pada ibu pasca melahirkan.
Dari
latar belakang yang menyangkut tentang Prolaps Tali Pusat tersebut maka bisa
dibuat suatu rumusan masalah yaitu:
1.
Apakah pengertian Prolaps Tali
Pusat?
2.
Apakah faktor – faktor predisposisi terjadinya
prolapsus tali pusat ?
3.
Apakah bahaya prolapsus tali pusat bagi janin?
4.
Bagaimana penatalaksanaan Prolaps
Tali Pusat
A.
TUJUAN
Adapun
tujuan penyusun menyusun makalah Prolaps Tali Pusat ini adalah
1. Untuk
mengetahui Pengertian Prolaps Tali Pusat
2. Untuk
mengetahui Faktor – faktor predisposisi terjadinya prolaps tali pusat
3. Untuk mengetahui Bahaya prolapsus tali pusat
4. Untuk mengetahui tindakan yang tepat untuk menyelamatkan janin atau
penatalaksanaannya
B.
MANFAAT
1.
Penyusun mengetahui tentang kejadan
prolapsus tali pusat.
2.
Penyusun
juga mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika
menemukian kasus prolapsus tali pusat.
3.
Dapat
menumbuhkan keinginan atau tekad yang kuat bagi penyusun sebagai tenaga medis
masa depan dalam hal ini adalah menjadi seorang bidan untuk dapat meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Prolaps
tali pusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi, kurang dari 1 per 200
kelahiran, tetapi dapat mengakibatkan tingginya kematian janin. Oleh karena
itu, diperlukan keputusan yang matang dan pengelolaan segera.
Prolapsus tali pusat dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
·
Tali pusat terkemuka atau terdepan, bila tali pusat berada
di bawah bagian terendah janin dan ketuban masih intak atau jika tali pusat
berada di samping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, dan
lebih rendah dari bagian bawah janin sedang ketuban masih intak atau belum
pecah
·
Tali pusat menumbung, disebut juga prolapsus funikuli
adalah jika tali pusat teraba keluar atau berada di samping dan melewati bagian
terendah janin di dalam jalan lahir, bila tali pusat keluar melalui ketuban
yang sudah pecah, ke serviks, dan turun ke vagina.
·
Occult prolapse, tali pusat berada di samping bagian
terendah janin turun ke vagina. Tali pusat dapat teraba atau tidak, ketuban
dapat pecah atau tidak.
Insiden Prolaps Tali Pusat
Mortalitas terjadinya prolaps tali pusat pada janin sekitar
11-17 %. Insiden terjadinya prolaps tali pusat adalah 1 : 3000 kelahiran, tali
pusat menumbung kira-kira 1 : 200 kelahiran, tetapi insiden dari occult
prolapse 50 % tidak diketahui, antara lain :
1. 0,5 % pada presentasi kepala
2. 5 % letak sungsang
3. 15 % pada presentasi kaki
4. 20 % letak lintang
Beberapa kejadian occult prolapse
menyebabkan satu atau lebih kejadian dengan diagnosa kompresi tali pusat.
Prolaps tali pusat lebih sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika
plasenta letak rendah. Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan
dunia bahwa angka kejadian prolap tali pusat berkisar antara 0,3 % sampai 0,6 %
persalinan.
B. ANATOMI TALI PUSAT
Tali pusat terbentuk dari body stalk sebagai peghubung
antara janin dengan plasenta. Tali pusat berasal dari yolk sack dan allantoins.
Pada umur 5 minggu yolk sack mulai
terbentuk untuk memberikan nutrisi bagi janin.
Anatomi
tali pusat :
1. Panjangnya sekitar
45-60 cm, diameter 2 cm.
a. Terpanjang yang pernah dilaporkan sekitar 200 cm, sedangkan terpendek sepanjang 2 cm.
b. Terdiri dari dua arteri umbilikalis yang merupakan cabang dari arteri hipogastrika interna.
Fungsinya : mencegah oksigen dan nutrisi dari janin kembali ke ibu.
c. Terdiri dari satu vena umblikalis yang masuk menuju sirkulasi umum melalui vena Ductus Venosus Aranthii yang akhirnya menuju Vena Kava Inferior.
Fungsinya : memberikan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin
a. Terpanjang yang pernah dilaporkan sekitar 200 cm, sedangkan terpendek sepanjang 2 cm.
b. Terdiri dari dua arteri umbilikalis yang merupakan cabang dari arteri hipogastrika interna.
Fungsinya : mencegah oksigen dan nutrisi dari janin kembali ke ibu.
c. Terdiri dari satu vena umblikalis yang masuk menuju sirkulasi umum melalui vena Ductus Venosus Aranthii yang akhirnya menuju Vena Kava Inferior.
Fungsinya : memberikan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin
2. Terbungkus oleh jelly Wharton sehingga terlindung
dari kemungkinan kompresi yang akan mengganggu aliran darah dari dan menuju
janin melalui retroplasenta sirkulasi.
3. Tali pusat lebih
panjang sehingga tampak berliku-liku dalam jelly Wharton.
Keberadaan
tali pusat mempunyai kepentingan khusus diantaranya :
1.
Tali pusat merupakan penyalur nutrisi dan O2 sehingga janin mendapat kalori
yang cukup untuk tumbuh kembang di dalam rahim.
2. Tali pusat yang cukup panjang akan memberikan kesempatan janin untuk bergerak sehingga aktivitas otot dan lainnya terlatih sebelum persalinan berlangsung.
3. Saat persalinan terjadi, ada kemungkinan sirkulasi retroplasenta terganggu, tetapi tali pusat yang dilindungi oleh jelly Wharton, tidak akan terganggu.
2. Tali pusat yang cukup panjang akan memberikan kesempatan janin untuk bergerak sehingga aktivitas otot dan lainnya terlatih sebelum persalinan berlangsung.
3. Saat persalinan terjadi, ada kemungkinan sirkulasi retroplasenta terganggu, tetapi tali pusat yang dilindungi oleh jelly Wharton, tidak akan terganggu.
C. FAKTOR PENYEBAB PROLAPS TALI PUSAT
Faktor dasar yang merupakan faktor
predisposisi prolaps tali pusat adalah tidak terisinya secara penuh pintu atas
panggul dan serviks oleh bagian terendah janin. Faktor-faktor etiologi prolaps
tali pusat meliputi beberapa faktor yang sering berhubungan dengan ibu, janin,
plasenta, tali pusat dan iatrogenik :
·
Presentasi yang abnormal, seperti letak lintang atau letak
sungsang terutama presentasi kaki
·
Prematuritas
·
Kehamilan ganda
·
Polihidramnion sering dihubungkan dengan bagian terendah
janin yang tidak engage
·
Multiparitas predisposisi terjadinya malpresentasi
·
Disproporsi janin-panggul
·
Tumor di panggul yang mengganggu masuknya bagian terendah
janin
·
Tali pusat abnormal panjang (> 75 cm)
·
Plasenta letak rendah
·
Solusio plasenta
·
Ketuban pecah dini
·
Amniotomi Tindakan-tidakan operatif antara lain adalah
mendesak bagian-bagian bawah janin ke atas, misalnya, versi,pemasangan forseps
Tekanan
pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir akan mengurangi atau
menghilangkan sirkulasi plasenta. Bila tidak dikoreksi komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian janin.
Obstruksi
yang lengkap dari tali pusat dapat menyebabkan dengan segera berkurangnya detak
jantung janin (deselerasi variabel). Bila obstruksinya hilang dengan cepat,
detak jantung janin akan kembali normal. Akan tetapi bila obstruksinya menetap
terjadilah deselerasi yang dilanjutkan dengan hipoksia langsung terhadap
miokard sehingga mengakibatkan deselerasi yang lama. Bila dibiarkan terjadi
kematian janin.
Apabila
obstruksinya sebagian akan menyebabkan akselerasi detak jantung, penutupan vena
umbilikalis mendahului penutupan arteri yang menghasilkan hipovolemi janin dan
mengakibatkan akselerasi jantung janin. Gangguan aliran darah yang lama melalui
tali pusat menghasilkan asidosis respiratoir dan metabolik yang berat, berkurangnya
oksigenasi janin brakikardia yang menetap dan akhirnya kematian janin prolaps
tali pusat tidak berpengaruh langsung pada kehamilan atau jalan persalinan.
Diagnosis prolaps tali pusat dapat melibatkan beberapa cara
yaitu antara lain :
·
Melihat tali pusat keluar dari introitus vagina
·
Teraba secara kebetulan tali pusat pada waktu pemeriksaan
dalam
·
Auskultasi terdengar jantung janin yang irreguler, sering
dengan bradikardi yang jelas, terutama berhubungan dengan kontraksi uterus
·
Monitoring denyut jantung janin yang berkesinambungan
memperlihatkan adanya deselerasi variabel
·
Tekanan pada bagian terendah janin oleh manipulasi
eksterna terhadap pintu atas panggul menyebabkan menurunnya detak jantung
secara tiba-tiba yang menandakan kompresi tali pusat Abnormalitas detak jantung
janin setelah selaput ketuban pecah atau setelah tindakan-tindakan operatif
·
Pemeriksaan pelvis akan mendapatkan adanya tali pusat pada
kasus prolaps yang jelas-jelas keluar, akan sulit diraba bila prolapsnya
tersembunyi, misalnya tertekan oleh bahu janin
·
Teknik baru pemeriksaan USG sering dapat mendeteksi posisi
tali pusat di dalam utrus dan meramalkan adanya prolaps yang tersembunyi
Diagnosis dini sangat penting untuk
kehidupan janin. Meskipun demikian, ketrlambatan diagnosis adalah biasa. Pada
setiap gawat janin harus segera
dilakukan pemeriksaan dalam.
Penderita yang mempunyai resiko tinggi terjadinya prolaps
tali pusat harus di pantau FHR yang berkesinambungan, yang memberi peringatan
dini adanya kompresi tali pusat lebih dari 80% kasus.
Komplikasi
ibu seperti laserasi jalan lahir, ruptura uteri, atonia uteri akibat anestesia,
anemia dan infeksi dapat terjadi sebagai akibat dari usaha menyelamatkan bayi.
Kematian perinatal sekitar 20 – 30 %. Prognosis janin membaik daengan seksio
sesarea secara liberal untuk terapi prolaps tali pusat.
Prognosis
janin bergantung pada beberapa faktor berikut :
·
Angka kematian untuk bayi prematur dengan prolaps tali pusat
hampir 4 kali lebih tinggi daripada bayi aterm.
·
Bila gawat janin dibuktikan oleh detak jantung yang
abnormal, adanya cairan amnion yang terwarnai oleh mekonium, atau talipusat
pulsasinya lemah, maka prognosis janin buruk.
·
Jarak antara terjadinya proplaps dan persalinan merupakan
faktor yang paling kritis untuk hidup janin.
·
Dikenalnya segera prolaps memperbaiki kemungkinan janin
hidup.
·
Angka kematian janin pada prolaps tali pusat yang letaknya
sungsang atau lintang sama tingginya dengan presentasi kepala. Hal ini
menghapuskan perkiraan bahwa pada kedua letak janin yang abnormal tekanan pada
tali pusatnya tidak kuat.
Ditemukannya
prolaps tali pusat diperlukan tindakan yang cepat. Terapi definitif adalah
melahirkan janin dengan segera.penilaian yang cepat sangat penting untuk
menentukan sikap terbaik yang akan diambil. Persalinan pervaginam segera hanya
mungkin bila pembukaan lengkap, bagian terendah janin telah masuk panggul, dan
tidak ada CPD
Bahaya
terhadap ibu dan janin akan berkurang bila dilakukan seksio sesaria daripada
persalinan pervaginam yang dipaksakan pada pembukaan yang belum lengkap. Sambil
menunggu persiapan seksio sesaria tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah
janin dapat diminimalisasi dengan posisi knee chest, trendelenburg, atau posisi
sim.
Sedangkan
bahaya terbesar pada presentasi kepala, karena setiap saat tali pusat dapat
terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dapat mengakibatkan
gangguan oksigenasi janin. Pada tali pusat terdepan, sebelum ketuban pecah,
ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah,
bahaya kematian janin sangat besar.
Masalah-masalah
1.Tali pusat terletak di jalan lahir di bawah bagian
presentasi janin
2. Tali pusat terlihat pada vagina setelah ketuban pecah
Penatalaksanaan :
1.
Penentuan maturitas janin melalui anamnesis dan
pemeriksaan
2.
Bila janin cukup matur, yaitu beratnya 1000 gr atau lebih
usia kehamilan 28 minggu atau lebih, melahirkan dengan cara terbaik. Standar
nyang berdasarkan berat badan usia kehamilan ini dapat dimodifikasi, tergantung
kepada pengalaman institusi morbiditas dan mortalitas bayi prematur. Ini
biasanya berarti seksio sesaria. Jalur pervaginam dapat digunakan bila serviks
telah berdilatasi penuh dan terbukti tidak ada disproporsi atau kesulitan dalam
persalinan
2.
Tindakan-tindakan tambahan :
a. Bagian terendah janin dijalan lahir
didorong keatas dengan satu tangan didalam vagina untuk membebaskan penekanan
pada tali pusat dan keadaan ini dipertahankan sampai kehamilan.
a.
Dengan alasan yanmg sama pasien diletakkan dalam posisi
trendenbulrg atau knee chest
b.
Berikan oksigen 100% dengan masker
c.
Pertahankan kehangatan dan kelembapan tali pusat dengan meletakkannya
didalam vagina dan atau merendamnya di dalam larutan salin hangat.
d.
Detak jantung janin dapat dimonitor dengan palpasi denyut
tali pusat
e.
Anastesi
4.
Upaya mengembalikan tali pusat kedalam rongga uterus
biasanya gagal lebih dari itu manipulasi pada tali pusat dapat membangkitkan
spasme pemnbuluh darah umbilikus dan memperbesar resiko hipoksia janin.
BAB III
KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY “M” DENGAN PERSALINAN NORMAL
DI
RUMAH BIDAN
TAHUN 2014
Hari, tanggal pengkajian : 15 Mei 2014
Waktu pengkajian : Jam 14.30 WIB
Tempat pengkajian
: Klinik bidan J.Hutahaean
A.
DATA
SUBJEKTIF
Identitas
Istri Suami
Nama : Ny.M Nama
: Tn.S
Umur :
31 tahun Umur :
51 tahun
Pendidikan : Tidak Sekolah Pendidikan :
SD
Agama
: Islam Agama
: Islam
Suku Bangsa : Jawa Suku
Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Tidak Bekerja Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jl.Medan
Anamnesa
Ibu datang ke rumah bidan ada tanggal !5 Mei jam 14.20 WIB datang sendiri klinik bidan,
ibu merasa hamil 9 bulan dan masih merasakan gerakan janin. HPHT 05 Juni 2013
HPL 12 Mei 2014 Tanggal 15 Mei jam 07.00
WIB ibu merasa mulas-mulas dan keluar lendir, jam 12.00 WIB mulasnya semakin
sering, Jam 14.00 WIB .
Riwayat kehamilan
sebagai berikut :
No
|
Kehamilan/Partus
|
Umur
|
Keadaan Anak
|
1.
|
Perempuan/Spontan/Aterm/RS /2300 gram
|
8 tahun
|
hidup
|
2.
|
Sekarang
|
-
|
-
|
Tidak ada masalah dalam kehamilan, tidak mengkonsumsi
jamu atau obat-obatan lain kecuali obat yang diberikan oleh bidan. Selama hamil
ibu rutin memeriksakan kehamilannya sebanyak
3x di bidan dan 6x di puskesmas.
Tidak mempunyai keturunan kembar, Tidak memiliki penyakit Hipertensi, Diabetes
Melitus, Asma dan TBC. Tidak ada masalah dalam persalinan dan nifas pada kehamilan
yang lalu. Ibu makan dan minum terakhir jam 12.00 WIB, BAK terakhir jam 12.30
WIB dan BAB terakhir jam 06.00 WIB.
B.
DATA
OBJEKTIF
1.
Pemeriksaan
Umum
a.
Keadaan Umum : Baik
b.
Kesadaran : Composmentis
c.
Emosional : Labil
2.
Pemerksaan
Tanda-tanda Vital
a.
Tekanan
Darah : 130/80 mmHg
b.
Nadi : 84 x/menit
c.
Pernafasan : 23 x/menit
d.
Suhu : 36,8°C
3.
Pemeriksaan
Fisik
a.
Kepala dan
Leher
·
Kepala : Rambut terlihat bersih, dan tidak
rontok
·
Wajah : tidak pucat, tidak ada oedema
·
Mata : Conjungtiva ananemis, sclera
anikterik
·
Hidung : Tidak ada polip dan sekret
·
Mulut :
Bibir tidak kering, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi
·
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, kelenjar limfe dan vena jugularis
b.
Dada
·
Jantung : Bunyi reguler
·
Paru-paru : Tidak ada bunyi wheezing dan ronchi
·
Payudara : Bentuk simetris, putting menonjol,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada retraksi,
colostrum belum keluar
c.
Abdomen : Tidak ada luka bekas
operasi, TFU 30 cm, TBJ 2945, letak anak memanjang, punggung kiri,
presentasi kepala, penurunan 2/5, kandung kemih kosong,
kontraksi 4x 10 menit lamanya 42 detik, DJJ 137x/menit
(reguler)
d.
Genetalia : vulva tidak ada oedema,
tidak ada varises dan tidak ada pembesaran kelenjar bartholini.
-Pemeriksaan
dalam :
1)
v/v (vulva vagina) : tidak ada kelainan
2)
Portio : tebal lunak
3)
Pembukaan : 7-8 cm
4)
Ketuban : positif (+), tidak ada
bagian terkecil atau bagian terkemuka
5)
Bagian
terendah : kepala Hodge II-III
6)
Penunjuk : ubun-ubun kecil kiri depan
e.
Anus : Tidak haemorhoid
f.
Ekstremitas
atas dan bawah : Tidak ada oedema,
tidak ada varises, reflek patella kanan dan kiri (+)
4.
Pemeriksaan
Penunjang
a.
HB : 11,8 gram %
b.
Leukosit
(WBC) : 7.650 mm3
c.
Hematokrit : 35,3%
d.
Trombosit : 232.000 mm3
C.
ANALISA
Ny. M umur
31 tahun G2P1A0 parturient aterm (40-41 minggu) kala 1 fase aktif, janin
tunggal hidup intauterine.
D.
PENATALAKSANAAN
1.
Membina
hubungan baik dengan klien hubungan terbina dengan baik
2.
Melakukan
informed consent sebelum pemeriksaan ibu bersedia untuk diperiksa dan suami
menandatangani lembar Informed Consent
3.
Memberitahu
hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga ibu dan keluarga mengetahui hasil
pemeriksaan
4.
Menawarkan
untuk memilih pendamping pada saat proses persalinan
ibu akan
didampingi oleh suaminya
5.
Menawarkan
makan dan minum di sela his ibu makan roti 1 potong dan minum teh manis ± 200
cc
6.
Memantau
kemajuan persalinan kondisi janin dan ibu
dan mengobservasi setiap 30 menit sekali terlampir dalam partograf
7.
Menyiapkan
alat-alat, obat-obatan yang diperlukan,dan perlengkapan yang diperlukan ibu dan
bayi perlengkapan sudah disiapkan
8.
Merencanakan
Pemeriksaan Dalam 4 jam kemudian atau jika atas indikasi
9.
Mendokumentasikan
Asuhan secara SOAP hasil terlampir di status
KALA II Pukul 15.00 WIB
A.
DATA
SUBJEKTIF
Ibu
merasakan mulesnya lebih sering dan lebih lama, dari jalan lahir keluar air.
B.
DATA
OBJEKTIF
1.
Keadaan umum : sedang
2.
Tanda –
tanda vital
·
Tekanan
darah : 130/80 mmHg
·
Nadi : 86 x/menit
·
Pernafasan : 24 x/menit
·
Suhu : 36,7 °c
3.
Abdomen : penurunan kepala 1/5
, kandung kemih kosong , his 4 x 10 menit lamanya 43 detik , DJJ 145 x/menit (
reguler )
4.Pemeriksaan Dalam
:
·
Vulva vagina : tidak ada kelainan
·
Portio : tidak teraba
·
Pembukaan :
lengkap
·
Ketuban : (-)sisa cairan jernih,
·
kepala : Hodge
III-IV ubun-ubun kecil depan,tidak ada bagian
menumbung
C.
ANALISA
KALA II
D.
PENATALAKSANAAN
1.
Memberi tahu
hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
2.
Jam 15.10
WIB mnengajarkan teknik mengeran yang baik
ibu dapat melakukannya tetapi bayi belum lahir
3.
Memberikan
dukungan moril dan spiritual pada ibu
dan keluarga ibu terlihat lebih tenang
4.
Menganjurkan
untuk miring ke kiri ibu bersedia untuk miring ke kiri
5.
Menganjurkan
untuk beristirahat , makan minum dan cek DJJ di sela his Ibu minum teh manis ± 100 cc, DJJ : 145
x/menit
6.
Menganjurkan
untuk tidak menahan BAK ibu tidak bisa
BAK secara normal
7.
Melakukan
kateterisasi jam 15.20 wib volume urine ± 100 cc
8.
Memposisikan
ibu untuk persalianan ibu dalam posisi litotomi
9.
Mengecek dan
mendekatkan alat-alat sudah didekatkan
10. Menolong
persalinan secara APN pukul 15.40 WIB bayi lahir spontan tidak segera menangis,
jenis kelamin laki-laki, gerakan kurang aktif, tonus otot lemah
KALA III
Pukul 15.40 WIB
A.
DATA
SUBJEKTIF
Ibu masih
merasakan perutnya mulas
B.
DATA
OBJEKTIF
Plasenta
belum lahir, kontraksi uterus baik, TFU setinggi pusat.
C.
ANALISA
Kala III,
potensial terjadi retensio plasenta dan perdarahan
D.
PENATALAKSANAAN
1.
Memberitahu
hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
2.
Meletakan bayi
diatas perut ibu, mengeringkan bayi, merangsang taktil dan mengganti kain bayi
yang basah dengan yang kering
3.
Melakukan
penjepitan dan pemotongan tali pusat sudah diklem dan dipotong
4.
Menyerahkan
bayi ke petugas perynatologi untuk penanganan selanjutnya
5.
Memastikan
tidak ada janin ke dua janin tunggal
6.
Melakukan
menejemen aktif kala III :
a.
Memberi tahu
ibu akan disuntik
b.
Menyuntikan
oxytosin 10 IU secara IM di 1/3 paha kanan atas bagian distal lateral
c.
Melakukan
Penegangan Tali Pusat Terkendali terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta
d.
Melahirkan
plasenta lahir spontan pukul 15.45 WIB, pengeluaran darah ± 150 cc
e.
Melakukan
massase uterus selama 15 detik dan memeriksa kontraksi uterus kontaksi uterus baik
KALA IV
pukul 15.45 WIB
A.
DATA
SUBJEKTIF
Ibu merasa
senang dengan kelahiran bayinya dan rasa mulesnya mulai berkurang
B.
DATA
OBJEKTIF
Plasenta
lahir pada pukul 15.45 WIB, keadaan umum ibu sedang, kandung kemih kosong, TFU
2 jari di bawah pusat.
C.
ANALISA
Kala IV
potensial terjadi perdarahan
D.
PENATALAKSANAAN
1.
Memeriksa
kelengkapan plasenta kotiledon dan selaput plasenta lengkap
2.
Memeriksa
laserasi jalan lahir terdapat robekan derajat dua
3.
Mengecek
kontraksi uterus kontraksi uterus baik
4.
Mengajarkan
kepada ibu dan keluarga untuk melakukan massase uterus
Ibu dan keluarga dapat melakukannya
dengan baik
5.
Melakukan
penjahitan laserasi tanpa anastesi laserasi sudah di jahit secara jelujur
6.
Memberikan
rasa nyaman ibu telah dibersihkan, terlihat rapih, bersih dan nyaman
7.
Menganjurkan
untuk makan, minum, dan istirahat ibu minum teh hangat ± 200 cc
8.
Mendekontaminasikan
alat-alat telah direndam dilarutan klorin 0,5 % selama 10 menit
9.
Melakukan
cuci bilas dan DTT cuci bilas dan DTT
telah dilakukan
10. Melakukan
observasi kala IV setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada
jam kedua hasil terlampir dalam pertograf
11. Memberikan
ucapan selamat kepada ibu dan keluarga ibu terlihat bahagia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Prolapsus atali pusat adalah kejadian yang jarang dijumpai dalam persalinan, untuk
mengetahui ada tidaknya prolaps tali pusat maka dalam setiap pemeriksaan
persalinan harus cemat dan teliti,seperti pada persalinan preterm atau jika
terdapat malpresentasi dan malposisi
janin karena apabila prolaps tali pusat diketahui setelah selaput ketuban pecah
dapat berbahaya bagi bayi kerena dapat terjadi hipoksia yang berat.
B. SARAN
·
Sebagai seorang tenaga kesehatan khususnya bidan harus melakukan pemeriksaan secara benar dan teliti
·
Diharapkan sebagai calon bidan mampu mengetahui tanda dan
gejala prolaps tali pusat serta cara penangannya
·
Diharapkan tenaga kesehatan dapat
memberikan pelayanan yang optimal dan dapat memberikan tindakan atau keputusan
yang tepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Prawirohardjo Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Bina Pustaka
Yuliati, devi. 2006. Menejement Komplikasi
Kehamilan Persalinan. Jakarta:EGC
Cunningham, F. Gary, dkk. 2006. Obstetri
Williams. Jakarta: EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: YBBSP
Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:YBBSP
Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBBSP
Komentar
Posting Komentar