Angka Kematian Ibu di Indonesia Tertinggi di ASEAN


Senin, 23 September 2013 13:07 Administrator

Rapor merah di bidang kependudukan dan keluarga berencana (KKB) menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh stakeholder. Salah satu masalah yang mendesak mendapatkan solusi yakni angka kematian ibu dan bayi.
Sesuai hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang akan diumumkan kepada masyarakat luas pada akhir September nanti, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359 meninggal dunia per 100.000 ibu hamil/melahirkan. Masih tingginya angka kematian ibu melahirkan itu sangat memprihatinkan karena fakta itu tertinggi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Singapura mencatat paling rendah angka ibu hamil/melahirkan, hanya 3 ibu meninggal per 100.000 ibu melahirkan. Kemudian disusul Malaysia (5 ibu meninggal/100.000 ibu melahirkan), Thailand (8-10/ 100.000), Vietnam (50/ 100.000).
"Hasil SDKI 2012 yang menunjukkan angka ibu meninggal dunia ternyata masih sangat tinggi. Fakta ini memprihatinkan kita semua. Bayangkan, ada lebih kurang 14.000 ibu yang meninggal karena melahirkan setiap tahun. Tentu banyak sekali anak-anak dan keluarga yang tidak terurus oleh ibunya," kata Plt Deputi Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Latbang) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), DR Wendy Hartanto, saat menyampaikan hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012 di kantor BKKBN Pusat, Jalan Permata I, Halim Perdanakusuma, Kamis (19/9).
Paparan hasil SDKI itu menyambut peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia 2013 pada 26 September nanti. Tampil sebagai pembicara lainnya Deputi BKKBN Julianto Witjaksono.
Lebih lanjut Wendy mengatakan, kasus ibu meninggal dunia lebih banyak terjadi di daerah perdesaan Indonesia Timur. Seperti di Provinsi Papua dan Papua Barat, Maluku, dan Sulawesi. "Khusus di Papua, kasus ibu meninggal dunia di usia produktif mencapai 1.000 per tahun," ujar Wendy Hartanto.
Sementara itu, Dr Julianto menegaskan, pekerjaan rumah (PR) masalah kependudukan yang mendesak ditangani sungguh-sungguh dan terkoodinasi secara maksimal oleh seluruh lembaga terkait, yakni laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang masih tinggi. Ihwal angka kelahiran anak masih terjadi stagnasi yakni 1,9 persen. Padahal target pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) hanya 1,1 persen.
"Kegagalan pencapaian mencegah pertumbuhan penduduk itu antara lain karena faktor sistem pemerintahan desentralisasi, di mana baru 11 provinsi di Indonesia yang memiliki Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Provinsi (BKKBP). Saat ini BKKBN hanya bisa menjangkau BKKBP di tingkat provinsi. Tak bisa menjangkau sampai kabupaten/kota," kata Julianto Witjaksono.
Di era otonomi daerah sekarang ini, sekitar 480 pemda kabupaten/kota lemah manajemen kelembagaan kependudukan dan keluarga berencana (KKB). Kemudian lemahnya kendali peran serta dan partisipasi masyarakat, kendali operasional pelaksana KB, kendali sistem pencatatan dan pelaporan, dan sistem pengendali informasi logistik. (Yon P)

Komentar

Postingan Populer