SAP GIZI BALITA
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Pokok
Bahasan : Gizi pada Balita
Sub
Pokok Bahasan : Pentingnya pemenuhann Gizi Pada Balita
Sasaran : Ibu dan Balita
Waktu : 60 menit
Tempat : Rumah Keluarga Binaan
A. TUJUAN PENYULUHAN/KEGIATAN
1.
Tujuan Umum
Setelah mengikuti Penyuluhan
ini, Ibu diharapkan dapat mengerti dan
memahami pentingnya Gizi pada Balita.
2.
Tujuan Khusus
a.
Setelah mengikuti penyuluhan
ini, Ibu diharapkan dapat mengerti dan
memenuhi kebutuhan Gizi Pada Balita .
b.
Mengetahui Menu Makanan Pada Balita
c.
Mengetahui Faktor yang mempengaruhi status Gizi Balita
d.
Mengetahui masalah -masalah yang mempengaruhi Gizi Balita
B. MATERI PENYULUHAN
Terlampir
C. PROSES PENYULUHAN
No
|
Tahapan
|
KEGIATAN
|
Waktu
|
|
Penyuluhan
|
Peserta
|
|||
1
|
Pembukaan
|
Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menyebutkan topik
|
Menjawab salam
Mendengarkan
|
15 menit
|
2
|
Penyajian materi
penyuluhan
|
Menjelaskan tentang
pemenuhan Gizi pada Balita.
Menjelaskan Menu Makanan
pada Balita.
Menjelaskan Faktor yang
mempengaruhi status Gizi Balita
Memberi pertanyaan pada
peserta secara lisan.
|
Mendengarkan dan
memperhatikan penyuluhan.
Mendengarkan penyuluhan.
Menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.
Menjawab pertanyaan
|
30 menit
|
3
|
Penutup
|
Merangkum materi
penyuluhan
Mengucapkan salam penutup
|
Menjawab salam
|
15 menit
|
D. METODE
- Ceramah
- Tanya Jawab
E. ALAT/MEDIA
- Flip Chart
F. EVALUASI
Prosedur
: Lisan
Soal : Essay
G. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Konsumsi gizi yang
baik dan cukup sering kali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena factor
eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasaan ekonomi
keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan.
Sedangkan faktor internal adalah factor yang terdapat di dalam diri anak yang
secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.
Anak balita memang
sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi mereka pun bisa
menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena
itu, sebagai orang tua kita harus berlaku demokratis untuk sekali-kali
menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai
pertumbuhan badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup
pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling
terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai
gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru
membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut
mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan
makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya penulisan ini yaitu :
1.
Untuk
mengenal lebih jelas tentang pemenuhan kebutuhan gizi pada balita
2.
Menu
makanan ideal untuk balita
3.
Faktor
yang mempengaruhi status nutrisi balita
4.
Mendidik
kebiasaan makanan yang baik, mencakup penjadwalan makan, belajar menyukai,
memilih dan menentukan jenis makanan yang bermutu
5.
Masalah-masalah
yang mempengaruhi gizi balita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemenuhan
Gizi pada Balita
1.
Mengenal
Balita
Secara
harfiah, balita (anak bawah lima tahun) adalah anak usia kurang dari lima tahun
sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun,
karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia dibawah satu tahun berbeda
dangan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya.
Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu Ibu (ASI), sedangkan
umumnya anak usia lebih dari satu than mulai menerima makanan padat seperti
orang dewasa.
Anak usia 1-5
tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan pra
sekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasan, faal
tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara
pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi (1992),
berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu anak usia lebih dari 1 tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan
“batita” dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal
dengan usia “prasekolah”.
2.
Karakteristik
Balita
Anak usia 1-3
tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Dengan kondisi
demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan.
Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra sekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relati lebih besar. Namun, perut yang masih
lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali
makan lebih kecil daripada anak yang usiany lebih besar. Karena itu, pola makan
yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekwensi sering.
3.
Karakteristik
Usia Prasekolah
Pada usia
prasekolah, anak menjadi konsumen aktif yaitu mereka sudah dapat memilih
makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “masa keras
kepala” akibat pergaulan dengan lingkungan terutama dengan anak-anak yang lebi
besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih
dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak
kurang gizi.
Perilaku makan
sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis, kesehatan, dan social anak. Oleh
karena itu, keadaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat
penting dalam pemberian makan pada anak agar tidak cemas dan khawatir terhadap
makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat
membangkitkan selera makan anak.
4.
Peran
Makanan Bagi Balita
a.
Makanan
Sebagai Sumber Zat Gizi
Di dalam
makanan terdapat 6 jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur.
1)
Zat
Tenaga
Zat gizi yang menghasilkan
tenaga atau energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Bagi balita, tenaga
diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya.
Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relative lebih besar
daripada orang dewasa.
2)
Zat
Pembangun
Protein sebagai zat
pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ
tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
3)
Zat
Pengatur
Zat pengatur
berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan
seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
a)
Vitamin,
baik yang larut dalam air (vitamin B kompleks dan vitamin C) maupun yang larut
dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K)
b)
Berbagai
mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour
c)
Air,
sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh
5.
Kebutuhan
Gizi Balita
Kebutuhan gizi
seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup memelihara kesehatan pada
umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan
dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
a.
Kebutuhan
Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relative besar
dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih
sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b.
Kebutuhan
Zat Pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan
sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari 1 tahun, kebutuhannya relatif
lebih kecil.
c.
Kebutuhan
Zat Pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi
seiring dengan bertambahnya usia.
6.
Beberapa
Hal yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa
hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi,
khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita)
adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan
kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai
faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama
pada anak balita, antara lain sebagai berikut :
a.
Ketidaktahuan
Akan Hubungan Makanan dan Kesehatan
Dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguh pun
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan
demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang
berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan
relatif cukup. Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan
bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga,
khususnya makanan anak balita.
Menurut
dr.Soegeng Santoso, M.pd,1999, masalah gizi karena kurang pengetahuan dan
keterampilan dibidang memasak menurunkan konsumsi anak, keragaman bahan dan
keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
b.
Prasangka
Buruk Terhadap Bahan Makanan Tertentu
Banyak bahan
makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau
hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik
terhadap bahan makanan itu.
Penggunaan
bahan makanan itu dianggap dapat menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran
seperti genjer, daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein
dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat
keluarga.
c.
Adanya
Kebiasaan atau Pantangan yang Merugikan
Berbagai
kebiasaan yang bertalian dengan pantang makanan tertentu masih sering kita jumpai
terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan,
atapun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya
diwariskan secara turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat membutuhkan
bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
d.
Kesukaan
yang Berlebihan Terhadap Jenis Makanan Tertentu
Kesukaan yang
berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai “faddisme
makanan” akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.
e.
Jarak
Kelahiran yang Terlalu Rapat
Banyak hasil
penelitian membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh
karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga
ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang
dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan
makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih saying, jika dalam masa 2 tahun
itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan
menjadi berkurang. Akan tetapi air susu Ibu (ASI) yang masih sangat dibutuhkan
anak akan berhenti keluar.
f.
Sosial
Ekonomi
Keterbatasan
penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat
disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang
disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun kuantitas makanan.
g.
Penyakit
Infeksi
Infeksi dapat
menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga
menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnnya dipakai untuk
pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit
umum yang memperburuk keadaan gizi adalah : diare, infeksi saluran pernafasaan
atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis,cacingan (dr.Harsono, 1999).
7.
Akibat
Gizi yang Tidak Seimbang
a.
Kekurangan
Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini
merupakan sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein :
1.
Makanan
yang tersedia kurang mengandung energi
2.
Nafsu
makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
3.
Gangguan
dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
4.
Kebutuhan
yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dangan
asupan yang memadai. Kurangnya energy dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan balita terganggu. Gangguan asupan gizi yang bersifat akut
menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan “wasting”, yaitu berat badan
anak tidak sebanding dengan tinggi badan anak. Jika kekurangan ini bersifat
menahun (kronik), artinya sedikit demi sedikit tetapi dalam jangka waktu yang
lama maka akan terjadi keadaan stunting (anak menjadi pendek dan tinggi badan
tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus).
Berdasarkan
penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi 3
bentuk, yaitu :
1.
Marasmus
Pada kasus
marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.
Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.
2.
Kwashiorkor
Anak terlihat
gemuk semua akibat oedema, yaitu penumpukan cairan di sela-sela sel dalam
jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami
pengurusan (wasting). Oedema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut
(mendadak), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam
tubuh sudah habis.
3.
Marasmik-Kwashiorkor
Bentuk ini
merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan
kebutuhan energy dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari
asupannya
b.
Obesitas
Timbulnya obesitas
dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu
saja, faktor utama adalah asupan energy yang tidak sesuai dengan penggunaan.
Menurut Aven-Hen (1992), Obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut
A.
Anak
yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol
B.
Bayi
yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat
C.
Anak
dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi
D.
Anak
yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai
keinginan orang tua
E.
Anak
yang malas untuk beraktivitas fisik.
8.
Penyebab
Balita Kurang Nafsu Makan
a.
Faktor
penyakit organis
b.
Faktor
gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai
berikut :
1.
Air
susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan
menangis
2.
Anak
terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/takaran tertenu
sehingga anak menjadi tertekan
3.
Makanan
yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan/membosankan
4.
Susu
formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran/dosis yang diberikan
tidak sesuai sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
5.
Suasana
makan tidak menyenangkan anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya
c.
Faktor
pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini
beberapa upaya untuk mengatasi anak suli makan (faktor organis, faktor
psikologi, atau faktor pengaturan makanan)
1.
Jika
penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan penyembuhan
penyakitnya melalui dokter
2.
Jika
penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan
a)
Makanan
dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah
selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin
b)
Jangan
memaksa anak untuk menghabiskan makanan,orang tua harus sabar saat member makan
anak
c)
Upayakan
suasana makan menyenangkan, sebaiknya waktu makan disesuaikan dengan waktu
makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan
bersama keluarga (orang tua)
d)
Pembicaraan
yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan
ditanamkan pada anak memilih bahan/jenis makanan yang baik
3.
Jika
penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan dapat dilakukan beberapa hal
berikut ini :
a.
Diusahakan
waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan
haus
b.
Makanan
selingan dapat diberikan asalkan makanann tersebut tidak membuat anak menjadi
kenyang agar anak tetap memakan nasi
c.
Untuk
membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi orang tuanya sehingga anak dapat
memilih makanan jajan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya
d.
Kuantitas
dan kualitas makanan diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan
gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih
e.
Bentuk
dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak
B. Menu
Makanan Balita
Makanan
memegang peranan penting dalam pertumbuhab fisik dan kecerdasan anak. Oleh
karenanya, pola makanan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini,
antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Kebutuhan
bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang
diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah :
·
Pagi
hari waktu sarapan
·
Pukul
10.00 sebagai selingan, tambahkan susu
·
Pukul
12.00 waktu makan siang
·
Pukul
16.00 sebagai selingan
·
Pukul
18.00 waktu makan malam
·
Sebelum
tidur malam tambahkan susu
·
Jangan
lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia
1 tahun
Jadwal makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tetapi
jangan terlalu jauh)
§
Pukul
06.00 : Susu
§
Pukul
08.00 : Bubur saring/Nasi tim
§
Pukul
10.00 : Susu/Makanan selingan
§
Pukul
12.00 : Bubur saring/Nasi tim
§
Pukul
14.00 : Susu
§
Pukul
16.00 : Makanan selingan
§
Pukul
18.00 : Bubur saring/Nasi tim
§
Pukul
20.00 : Susu
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk
pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini
makanan peril diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu
hamil. Petumbuhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam,
menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah
diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan
keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya diberikan pada
jam diantara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak
cukup menerima porsi makan karena anak susah makan, namun pemberian yang berlebihan
pada makanan selingan tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung
zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral,
seperti tahu isi daging, sayuran, roti isi yogurt, ayam, pizza, dan lain-lain.
Fungsi Makanan Selingan adalah :
1.
Memperkenalkan
aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan
2.
Melengkapi
zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam)
3.
Mengisi
kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri dirumah
sehingga sangat hygienis dibandingkan jika dibeli diluar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang
bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja
seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus menerus
sangan berbahaya jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka
kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan resiko mendapat kegemukan menjadi
meningkat. Kegemukan merupakan faktor resiko pada usia yang relatif mudah dapat
terserang penyakit tertentu.
C. Menu
Untuk Balita yang Sedang Sakit
Penyakit balita
secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan
terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang
tepat, sehingga cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa
diimbangi dengan pengaturan makanannya
1.
Untuk
balita dengan panas tinggi
Penderita penyakit
yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal ini disebabkan
metabolism tubuh meningkat menyerap zat-zat gizi menurun dan adanya faktor lain
yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun.
Makanan hendaknya
memenuhi syarat-syarat:
a.
Konsistensinnya
lunak. Makanan pokok seperti Nasi tim, kentang pure, bubur, dan lain-lain
b.
Kebutuhan
kalori meningkat sebaiknya diberikan porsi kecill dan sering
c.
Sumber
protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan
kacang-kacangan diberikan lebih dari porsi normalnya
d.
Kebutuhan
air diberikan lebih banyak. Karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga
banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena
mengandung air, vitamin dan mineral
e.
Makanan
minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin
2.
Untuk
balita dengan gejala mencret (diare)
Diare pada bayi dan
anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan sebagai buang air
besar (BAB) tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak
dari biasanya.
Penyebab diare da
beberapa faktor, yaitu :
a.
Infeksi.
Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab
diare pada anak
b.
Malabsorpsi.
Gangguan absorpsi biasanya terhadadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya laktosa), lemak dan protein
c.
Makanan
basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu
d.
Faktor
psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak)
Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air
dan elektrolit (dehidrasi)
yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi
sebab masukkan
makanan kurang sedang pengeluaran bertambah, dan
hipoglikemia yaitu kadar
gula darah turun di bawah normal.
Pengaturan
makanannya secara umum adalah :
a.
Cairan
harus cukup untuk menggantikan cairan yang hilang, baik melalui muntah maupun
diare. Setiap kali buang air besar beri minum satu gelas larutan oralit atau
larutan gula garam.
b.
Berikan
makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin dan mineral.
c.
Suhu
makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu
dingin.
d.
Bentuk
makanan lunak.
3.
Untuk
balita dengan gejala penyakit saluran pernafasan
Penyakit saluran
pernafasan yang dikenal adalah bronchitis, dan umumnya disebabkan virus,
misalnya virus influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi udara.
Mengatur makanannya
dengan :
a.
Banyak
diberi minum, terutama sari buah-buahan sebaiknya diberikan dalam keadaan
hangat.
b.
Makanan
diberikan dalam keadaan lunak.
c.
Susu
dapat diberikan dalam bentuk minuman atau campuran seperti syrup dan lain-lain.
Bisa juga dibentuk makanan kecil seperti pudding.
d.
Hindari
makanan yang digoreng.
4.
Untuk
balita dengan gejala muntah
Muntah adalah
gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi appendiks,
gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain.
Syarat makanannya :
a.
Berikan
makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil bertahap dan sering.
b.
Banyak
cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar dan
susu campur buah supaya segar.
c.
Cukup
protein, meningkat karena penyakitnya yang membutuhkan peningkatan protein
dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu, daging,
ayam dan lain-lain.
d.
Lemak
perlu diberikan, untuk menberi rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi berikan
makanan yang mudah dicerna dan secukupnya, karena kelebihan lemak akan membuat
mual.
5.
Untuk
balita dengan gejala batuk
Gejala batuk bisa
bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakit bronchitis yang disertai
panas, demikian juga penyakit lain seperti flu dan sebagainya.
Pengaturan makanan
yang perlu diperhatikan :
a.
Kalau
ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak cairan ataupun minum
b.
Nafsu
makan yang menurun akibat batuk terus menerus harus diimbangi makan yang cukup
supaya kondisi tubuh membaik
c.
Untuk
memudahkan pengaturan makanannya, beri pori kecil tetapi sering dan bertahap
supaya kebutuhan gizinya terpenuhi
d.
Cukup
protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan protein lebih tinggi
dari biasanya
e.
Jangan
makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak menimbulkan batuk
Kurangi mengkonsumsi yang terlalu manis dan bisa
menimbulkan batuk seperti coklat, permen, manisan, dan minuman manis
f.
Setelah
anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi makanannya.
D.
Kebutuhan
Energi dan Zat Gizi Balita
·
Perhitungan
Berat Badan Ideal
a.
Berat
badan ideal anak umur 1 tahun = 3 x BB Lahir
b.
Berat
badan ideal anak umur 2 tahun = 4 x BB Lahir
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Pemenuhan gizi balita dapat dilihat dari karakteristik
anak itu sendiri.
2. Pemberian asupan zat makanan seperti zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur sangat
diperlukan bagi balita.
3. Pengeluaran asupan makanan harus ada keseimbangan
sehingga diperoleh status gizi yang
baik.
4. Menu makanan yang baik sepertin 4 sehat 5 sempurna
sangat mempengaruhi kesehatan dan
kecerdasan bagi otaknya.
5. Faktor yang mempengaruhi status nutrisi untuk balita
yaitu serat makan dan kemudahan dalam
mencerna makanan dari sumber makanan yang ia makan, vitamin serta pengaruh
obat yang diminum dan faktor endokrin dan emosional.
B.
Saran
1.
Pengetahuan
Ibu harus lebih luas mengenai pemahaman tentang anak.
2.
Sebaiknya
Ibu harus bisa mengatur/memilah-milah makanan untuk balita.
3.
Berikan
anak makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna karena sangat baik untuk
pertumbuhan anak.
4.
Jangan
lupa pemberian makanan yang sehat serta suplemen yang teratur untuk pertumbuhan
dan kecerdasan.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar