Retensio Plasenta


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul Askeb Kegawatdaruratan Pada Retensio Plasenta.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.



Pematangsiantar,    Mei  2014




Penyusun








DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................          i
Daftar isi..............................................................................................................................         ii
BAB I        PENDAHULUAN...........................................................................................         1
BAB II       TINJAUAN TEORI.........................................................................................         3
2.1   Konsep Retensio Plasenta......................................................................         3
2.2   Konsep Asuhan Ibu Bersalin Dengan Retensio Plasenta.......................       15
BAB III     KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................       18
Daftar Pustaka                                                                                                                           19
























BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Indonesia di lingkungan ASEAN, merupakan Negara dengan angka kematian dan perinatal tertinggi (Ida Bagus Gde Manuaba, 1998). Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 2001, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per tahunnya meninggal saat hamil dan bersalin.
Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, Retensio placenta dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pasca persalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri.
Dan Retensio plasenta merupakan salah satu masalah yang masih menjadi penyebab terbesar terjadinya perdarahan post partum dan kematian maternal. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum. Perdarahan yang disebabkan karena retensio plasenta dapat terjadi karena plasenta lepas sebagian, yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut, adalah penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat difokuskan pada tiga pesan kunci making pregnancy safer yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegah kehamilan yang tidak diiginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Djoko Waspodo, 2007)

1.2  Tujuan
a)      Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa kebidanan memahami dan mampu dalam melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada klien dengan Retensio Plasenta.


b)      Tujuan Khusus
              Diharapkan mahasiswa dapat:
1.        Melakukan pengkajian pada klien dengan Retensio Plasenta.
2.        Melakukan identifikasi masalah dan diagnosa Retensio Plasenta.
3.        Menentukan dan melakukan antisipasi masalah potensial pada Retensio    Plasenta
4.        Melakukan identifikasi kebutuhan segera.
5.        Menentukan rencana asuhan kebidanan disertai rasional
6.        Melaksanakan intervensi yang telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan klien dengan Retensio Plasenta
7.        Mengevaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang telah diberikan.




















BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  Konsep Retensio Plasenta
2.1.1 Pengertian Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir. (Sarwono P, 2002).
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hinga melebihi waktu tiga puluh menit setelah bayi lahir. (Abdul Bari Syaifudin, 2007).
Retensio plasenta adalah lepas plasenta tidak bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implantsi, menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian pembuluh darah tetapi terbuka serta menimbulkan perdarahan. (Ida Bagus Gde Manuaba, 2010).

2.1.2 Jenis Retensio Plasenta
a)    Plasenta adhesiva
Adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b)   Plasenta akreta  
Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
c)    Plasenta inkreta  
Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki miometrium.
d)   Plasenta perkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e)    Plasenta inkarserata
Adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh konstruksi ostium uteri (Abdul Bari Syaifudin, 2007).

2.1.3 Penyebab / Etiologi
Menurut Sarwono P. (Ilmu Bedah Kebidanan, 2002) retensio plasenta disebabkan :
a)    Sebab fungsional 
His yang  kurang  kuat  atau  plasenta  sulit lepas karena tempat  melekatnya kurang menguntungkan seperti di sudut tuba atau karena bentuknya luar biasa seperti plasenta membranosea  


b)   Ukuran plasenta sangat kecil.
Menurut Sarwono P (2007) retensio plasenta disebabkan :
1.    Plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, namun jika lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :
1)   Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (Plasenta   adhesiva).
2)   Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
2.    Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). Sehingga diperlukan tindakan manual plasenta.           

2.1.5 Gambaran klinis
1)      Waktu hamil
1.   Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal.
2.   Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya menyertai plasenta previa.
3.   Terjadi persalinan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh perdarahan.
4.   Kadang terjadi ruptur uteri.
2)      Persalinan kala I dan II.
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal.
3)      Persalinan kala III
1.                          Retensio plasenta menjadi ciri utama.
2.    Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter kebidanan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara manual.
3.    Komplikasi yang serius tetapi jarang dijumpai yaitu invertio uteri, keadaan ini dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha untuk mengeluarkan plasenta.
4.                          Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta.



2.1.6  Tanda Dan Gejala 
1)    Separasi / Akreta Parsial 
1. Konsistensi uterus kenyal. 
2.  TFU setinggi pusat. 
3.  Bentuk uterus discoid. 
4.  Perdarahan sedang – banyak. 
5.  Tali pusat terjulur sebagian.
6.  Ostium uteri terbuka.
7.  Separasi plasenta lepas sebagian.
8.  Syok sering.
2)   Plasenta Inkarserata 
1.   Konsistensi uterus keras.
2.   TFU 2 jari bawah pusat.
3.   Bentuk uterus globular.
4.   Perdarahan sedang.
5.   Tali pusat terjulur.
6.   Ostium uteri terbuka. 
7.   Separasi plasenta sudah lepas.  
8.   Syok jarang.
3)   Plasenta Akreta 
1.   Konsistensi uterus cukup.
2.   TFU setinggi pusat.
3.   Bentuk uterus discoid. 
4.   Perdarahan sedikit / tidak ada. 
5.   Tali pusat tidak terjulur.
6.   Ostium uteri terbuka.
7.   Separasi plasenta melekat seluruhnya.
8.   Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat.
(Sarwono Prawirohardjo, 2002) 

2.1.7  Komplikasi 
1.  Perdarahan 
2.  Infeksi karena sebagai benda mati 
3.  Dapat terjadi plasenta inkarserata 
4.  Terjadi polip palsenta 
5.  Terjadi degenerasi ganas koriokarsinoma 
6.  Syok neurogenik (Ida Bagus Gde Manuaba, 2010) .
2.1.8  Penataksanaan (Ida Bagus Gde Manuaba, 2010)
1)   Retensio Plasenta dengan Separasi Parsial (Adhesive)
1.    Tentukan jenis Retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil .
2.    Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekpulsi plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkomntrol tali pusat.
3.    Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 500 cc Ns/RL dengan 40 tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg rektal.
4.    Bila troksi terkontrol gagal, lahirkan plasenta secara hati-hati dan halus.
5.    Lakukan tranfusi darah bila diperlukan
6.    Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin Iv/oral + metronidazol supositorial/oral )
7.    Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik.

2)   Plasenta Inkarserata
1.    Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan pemeriksaan.
2.    Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontruksi servik dan melahirkan plasenta.
3.    Pilih fluathane atau eter untuk kontruksi servik yang kuat tetapi siapkan infus oksitosin 20 IV dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetes/menit untuk mengantisipasi ganguan kontraksi yang disebabkan bahan anestesi tersebut.
4.    Bila prosedur anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat dilalui oleh cunam ovum lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta. Untuk prosedur tersebut berikan analgesik (tramadol 100 mg IV atau pethidme 50 mg IV dan sedotif (diazepam 5mg IV) pada tabung suntik terpisah.

3)   Plasenta akreta
Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus/korpus apabila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam, sulit ditentukan tepi plasenta karena implantasi yang dalam upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar adalah menentukan diagnosis, stabilitas pasien dan rujuk ke Rumah sakit.


4)   Plasenta Manual  
Menurut buku Ida Bagus Gde Manuaba 2010, plasenta manual adalah tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta.


Penatalaksanaan plasenta manual :
A.    Persetujuan Tindakan Medik
Informed consent merupakan perstujuan dari pasien dan keluarga terhadap tindakan medic yang akan dilakukan terhadap dirinya oleh dokter/bidan. Persetujuan diberikan setelah pasien diberikan penjelasan yang lengkap dan objektif tentang diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan dilakukan.
B.     Persiapan Sebelum Tindakan :

1.      Pasien
a.       Cairan dan selang infuse sudah terpasang
b.      Perut bawah dan lipatan paha sudah dibersihkan.
c.       Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasiANd9GcQGo9_sN8IeYyyOGhbvD7xkEC-vzs2IwPYiywxUIwCtWW2Ttm0ti8iUrsWo
d.      Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
e.       Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BBT, Tramadol 1-2 mg/kg BB, Sedative (Diazepam 10 mg), Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml, Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin),  
f.       Cairan NaCl 0,9% dan RL
  images.jpg
g.      Infuse Set
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQU6u4mK_9z0QZ3dMKBvGbI45bbov5Ij0SDEb3WorsYSaKfiK5Mhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj59mTarT9rH268R4oKJGPF3azgnYw3LEND9zFP9cMozru2yT5w_Dp0NCoEXO7akylhUWCkYxgjMZeeMLVFb0VJtLdn13quqF7LpoUwx71JajlDlZ1e_0Yl5vScOuTPoG2irR2xsc45Re8R/s320/ddd.jpg
h.      Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%)
i.        Oksigen dengan regulator
ANd9GcRH-RA6N2_3szb8vRhZqF79H41uWWroRx_LYk2LNAeKuZHEiD8X ANd9GcT4oZZX38Ai3LMMDuP1sVWOkzJX3ADTtdOH1P3wZMu7prZteFy8


2.      Penolong
a.       Baju kamar tindakan, celemek, masker dan kaca mata
 
b.      Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang  g.jpg
c.       Alas kaki (sepatu boot karet)

3.      Instrument
a.       Kocher: 2
b.      Spuit 5 ml
c.       Mangkok tempat plasenta : 1
d.      Kateter karet dan urine bag : 1
e.       Partus set


C.    Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan
Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih lalu pasang sarung tangan DTT/steril.
 

D.    Tekhnik Manual Plasenta
Untuk mengeluarkan plasenta yang belum lepas jika masih ada waktu dapat mencoba teknik menurut Crede yaitu uterus dimasase perlahan sehingga berkontraksi baik, dan dengan meletakkan 4 jari dibelakang uterus dan ibu jari didepannya, uterus dipencet di antara jari-jari tersebut dengan maksud untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus dan menekannya keluar. Tindakan ini tidaklah selalu berhasil dan tidak boleh dilakukan secara kasar.
Sebelum mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.
Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.
Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan.
  
Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu eksplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit.
Jika setelah plasenta dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena atonia uteri maka dilakukan kompresi bimanual sambil mengambil tindakan lain untuk menghetikan perdarahan dan memperbaiki keadaan ibu bila perlu.
Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.

E.       Komplikasi
Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi / komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta. Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.
F.     Dekontaminasi Pasca Tindakan
Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk sarung tangan yang telah di guanakan penolong ke dalam larutan antiseptic
  1. Cuci Tangan Pascatindakan
  1. Perawatan Pascatindakan
  2. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi apabila masih diperlukan.
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTcawyVa-o_ehgqMNkyRqNKOOFZlch8e3H0vcxBmYUMiYCEgJJxYA
  1. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan d dalam kolom yang tersedia.
  2. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau.
  3. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah seesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
2.2.Konsep Asuhan Ibu Bersalin Dengan Retensio Plasenta


I.                   Pengumpulan Data
A.    Identitas

Nama                           : Ny. A                                    Nama Suami                            : Tn K
Umur                                       : 25 Tahun                  Umur                                       : 28 tahun           
Suku/kebangsaan        : Batak/Indonesia        Suku/Kebangsaa                     : Batak /indonesia
Agama                         : Kristen                      Agama                                     : Kristen
Pendidikan                  : SMA                         Pendidikan                              : D III
Alamat                                    : Jalan Medan              Alamat                                                : Jalan Medan

B.     Anamnese
     
Pada tanggal   : 04 February  2014                 Pukul : 11.00 Wib     Oleh : BIDAN
Keluhan        :    Ibu cemas karena plasenta belum keluar setelah setengah jam bayi  lahir
Ibu takut plasenta tidak keluar karena uterus tidak berkontraksi
Ibu merasa tidak nyaman  karena tali pusat masih menggantung di vulva ibu

C.    Pemeriksaan Fisik

1.      Keadaan umum           : Lemah
2.      Tanda-tanda vital
a.       TD                                     : 100/70 mm Hg
b.      Pols                                   :  78x/i
c.       R/R                                    : 20 x/i
d.      Temperature                      : 36 C
3.      Wajah
a.       Mata : Conjungtiva           : Anemis
4.      Uterus
a.       Tinggi fundus uteri           : 2 jari diatas pusat
b.      Kontraksi                          : tidak ada kontraksi

D.    Pemeriksaan Penunjang
a.       HB                              : 11 gr%

II.                Interpretasi Data

1.      Diagnosa                                 : Ibu kala III  dengan  Retensio Plasenta
Data dasar                                     : -Plasenta belum lahir setelah ½  jam bayi lahir
                                                            -Tali pusat berada di vulva                                           
-tidak ada kontraksi
-Perdarahan lebih kurang 400 cc
2.      Masalah                                   : Placenta bertahan ½  jam setelah bayi lahir
Data dasar                               : TFU setinggi 2 jari di atas pusat
3.      Kebutuhan                              : -Segera keluarkan placenta
-Support mental ibu
III.             Identifikasi Masalah Potensial

a.       Infeksi
b.      Syok Hipovolemik
c.       Pendarahan Post Partum

IV.             Identifikasi Kebutuhan Segera
a.       Pasang Infus
b.      Tindakan Manual Plasenta.

V.                Perencanaan
1.      Berikan surat persutujuan atau informed consent pada ibu dan keluarga untuk tindakan manual placenta.
2.      Lakukan persiapan manual plasenta,yaitu:
a.       Persiapan Alat
b.      Persiapan infus 1 buah
c.       Standar infus 1 buah
d.      Cairan yang diperlukan
e.       Plaster secukupnya
f.       Gunting 1 buah
g.      Alkohol
h.      Kain Kasa secukupnya
i.        Bethadine secukupnya
j.        Nierbekken 1 buah
k.      Short
l.        Sampiran
m.    Lampu sorot
3.      Persiapan obat-obatan
a.       Spuit 3 cc 1 set
b.      Obat-obatan analgetik (Pethidine)
c.       Obat sedative (valium)
d.      Obat Uterotonika (Methergine)
e.       Alkohol
4.      Melakukan Tindakan Manual plasenta

VI.             Pelaksanaan
a.       Atur posisi ibu dengan posisi Litotomi
b.      Beritahu ibu sebelum melakukan perasat
c.       Dekatkan alat-alat
d.      Pasang sampiran
e.       Pasang lampu sorot
f.       Bidan mencuci tangan dengan 7 langkah
g.      Pasang handschoen steril
h.      Lakukan vulva hygiene
i.        Siram tali pusat dengan air DTT,ganti klem yang baru
j.        Tali pusat diluruskan,tangan kanan memegang tali pusat dengan mantap, meneiusuri tali pusat sampai kedalam uterus tepat sampai ujung pangkal placenta.
k.      Tangan kiri menahan fundus Uteri
l.        Selipkan sisi jari tangan diantara bagian dinding uterus dengan telapak tangan menghadap plasenta.
m.    Lakukan menyayat dengan sisi tangan 
n.      Lahirkan plasenta saat uterus berkontraksi
o.      Massage uterus ,jaga agar tetap berkontraksi.
p.      Periksa placenta dengan lengkap.
q.      Lakukan vulva hygiene.
r.        Cek perdarahan.
s.       Beri Oksitoksin 10 Unit dan methargin 1 ampul
t.        Bereskan alat2 dan rendam dengan tehnik aseptik.   
u.      Cuci tangan.
v.      Kaji keadaan iumum ibu dan perdarahan.


VII.          Evaluasi
1.      Manual Placenta telah dilakukan
2.      Placenta lahir utuh dan lengkap
3.      Perdarahan 300 ml
4.      Uterus berkontraksi dengan baik
5.      Oksitoksin 1 Unit dan methargin 1 amp telah diberikan
6.      TFU 2 jari dibawah pusat
7.      Keadaan umum ibu baik dengan        :
a.       TD                   : 100/70 mm Hg
b.      Pols                 :  78x/i
c.       R/R                  : 20 x/i
d.      Temp               : 36,5 c
      8.  Alat-alat telah didesinfektan.



















BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
            Suatu asuhan kebidanan dikatakan berhasil apabila selain ibuny juga bayi dan keluarganya yang diberikan pelayanan berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagian asensial dari asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia, hipotermi dan atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat, dibarengi pula dengan pencegahan hipotermi dan infeksi

B.  Saran
            Dengan penyusunan makalah ini diharapkan para pembaca khususnya para petugas kesehatan terutama bidan dapat berperan serta dalam pertolongan pertama kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus. Sehingga pada akhirnya dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian pada ibu dan bayi.


DAFTAR PUSTAKA

Alhamsyah. 2007. Retensio Plasenta. http:/ www. alhamsyah. com/ 2007/ 01/ 04/ referat-retensio-plasenta
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri Fisiologis dan Patologis, Jilid 1 edisi II, Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002.  Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Saifudin, Abdul Bari dkk. 2002. Buku Panduan Praktis  Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan  Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Saifudin, Abdul Bari dkk. 2007. Buku Acuan Nasional  Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:Yayasan  Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Komentar

Postingan Populer